Pesan perdamaian
Penghargaan tersebut diberikan sebagai bentuk apresiasi setinggi-tingginya atas nama pemerintah, karena telah membuka jalan bagi anak-anak di Papua mendapat pendidikan dan menjadi lebih baik.
Risma mengatakan pemerintah telah menggelontorkan dana otonomi khusus (otsus) yang digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan sosial dan kehidupan masyarakat setempat. Namun, ada pula pihak-pihak yang tidak merasa puas.
“Padahal para guru tersebut yang menjadi korban tersebut sudah ikhlas berada di tempat yang sangat jauh untuk membangun anak-anak di sana bisa lebih baik, ” ujar mantan Wali Kota Surabaya itu melanjutkan.
Dia pun mendorong Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) untuk memberikan beasiswa pada anak-anak yang ditinggalkan dua guru tersebut.
Dalam kunjungannya ke Makassar, Risma juga memberikan santunan kepada pengemudi ojek daring yang tertembak KKB, Udin, mengunjungi korban luka berat dan luka ringan ledakan bom bunuh diri di Gereja Kathedral Hati Yesus Yang Maha Kudus, serta memberi santunan kepada mereka.
Kedatangan rombongan Kementerian Sosial tak lain membawa pesan perdamaian kepada warga yang terdampak bencana sosial, guna meningkatkan semangat gotong-royong, mencegah terjadinya kembali dampak bencana sosial serta meningkatkan komitmen masyarakat untuk menjaga perdamaian.
Hal ini sesuai dengan amanat UU Nomor 07 Tahun 2012 tentang Penanganan Konflik Sosial, Kementerian Sosial hadir untuk menjaga dan merawat harmonisasi kebangsaan.
Risma berpesan, sudah tidak saatnya lagi masyarakat Indonesia di masa kemerdekaan membicarakan lagi adanya perbedaan.
“Saat dijajah kita perlu bersama, jadi kalau sekarang kita ngomong perbedaan itu bukan saatnya lagi. Mari kita bayangkan korban tidak bisa bekerja, sakit, anak-anak bisa jadi kehilangan orang tua. Apakah harus seperti itu menyiksa orang?” katanya.
Setelah mengucapkan duka cita yang mendalam, Risma mengingatkan segenap komponen bangsa agar tidak saling mendendam, terutama untuk keluarga korban bencana sosial tersebut.
Berkaca dari pengalamannya saat menghadapi serangan bom bunuh diri di Surabaya, Risma menginginkan agar seluruh pihak tidak mendendam dan mengikhlaskan atas semua yang terjadi, serta saling bergandengan tangan sehingga mampu melewati situasi sulit.
Siapapun yang memiliki hati nurani, pasti tak akan membenarkan penembakan keji KKB terhadap guru yang dengan niat mulia, mencerdaskan anak-anak bangsa di wilayah tertinggal Kabupaten Puncak, Papua.
Kehilangan sosok guru seperti Oktovianus Rayo dan Yonatan Renden tentunya tak hanya menghilangkan kesempatan generasi Indonesia mengenyam pendidikan, tetapi juga berdampak pada kehilangan langkah dalam pembangunan dan pengentasan kemiskinan di masa mendatang. Sekali lagi, jangan ada lagi tindak keji untuk para guru di Papua!(anjas)
Komentar