Wakil rakyat daerah pemilihan Provinsi Sumatera Selatan itu berpendapat, dengan anggaran Rp33 triliun seharusnya pupuk subsidi itu tidak lagi menjadi masalah bagi petani. Namun yang terjadi justru sebaliknya, kelangkaan pupuk masih terjadi.
Sumatera Selatan pada 2020 berada pada urutan kelima untuk produksi gabah secara nasional yakni 2,6 juta ton GKG, atau masih di bawah Sulawesi Selatan dengan 4,6 juta ton GKG, Jawa Barat 9,0 juta ton GKG, Jawa Tengah 9,6 juta ton GKG dan Jawa Timur 9,9 juta ton GKG.
Dengan target 3,1 juta ton GKG pada 2021 itu, artinya Sumsel harus menambah sekitar 400 ribu ton GKG karena produksi tahun 2020.
Cukup menarik mengamati konsep subsidi bagi petani yang diterapkan oleh negara produsen lain seperti Vietnam dan Thailand.
Kedua negara itu memberikan subsidi pada sisi ouput, yang mana pemerintah membeli beras petani dengan harga acuan ditambah nilai subsidinya.
Dengan harga acuan plus subsidi yang diberikan pasca panen tersebut, membuat harga beras di kedua negara tersebut terbilang stabil. Selain karena ditopang ongkos produksinya yang lebih murah.
Sementara, Indonesia menganut konsep subsidi input, atau dengan kata lain pemerintah menggelontorkan subsidi untuk pupuk dan benih.
Wakil Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Provinsi Sumatera Selatan Zain Ismed mengatakan organisasinya sangat mendukung jika nantinya subsidi ke petani diberikan pada sisi output asalkan tepat sasaran.
HKTI menilai selama ini pemberian subsidi pupuk, benih, hingga bantuan alat mesin pertanian (alsintan) tidak menyentuh seluruh petani karena alokasi anggaran yang terbatas.
Namun, HKTI juga tidak sepaham jika petani diberikan bantuan langsung tunai (BLT) karena dikhawatirkan dimanfaatkan untuk kebutuhan yang bersifat konsumtif.
Harga gabah anjlok ini sebenarnya wajar saja, karena kondisi yang sama terjadi juga untuk kopi, sawit dan palawija saat panen.
Terpenting, bagaimana menjadikan tata kelola pertanian menjadi lebih efisien sehingga petani tidak menjadi kuli di lahannya sendiri.
Petani diharapkan mandiri yang tidak tergantung dengan subsidi, tapi faktanya hal itu masih sulit terwujud. Jika subsidi di sisi input kurang berdampak, mengapa tidak mencoba subsidi pada harga gabah ?.(anjas)
Komentar