Fitur GoGreener Carbon Offset 2.0 yang dikembangkan Gojek dengan menggandeng Jejak.in dapat digunakan pengguna aplikasi mereka untuk menghitung jejak karbon yang dihasilkan selama beraktivitas dengan kendaraan bermotor.
Fitur tersebut mengalami penyesuaian selama masa pandemi COVID-19 di mana mobilitas masyarakat di luar rumah berkurang karena berganti dengan Work From Home (WFH), sehingga mereka menambahkan tools untuk menghitung jejak karbon untuk penggunaan laptop, kulkas, penyejuk udara dan televisi yang lebih relevan.
Setelah mengetahui jumlah jejak karbonnya, pelanggan aplikasi Gojek dapat pula melakukan carbon offset untuk menyeimbangkan emisi GRK yang telah dihasilkan dengan menanam pohon mangrove yang dilakukan oleh tim LindungiHutan, mitra konservasi hutan GoGreener Carbon Offset.
Baru-baru ini Gojek menambah dua pilihan kota untuk melakukan carbon offset penanaman mangrove di bacth 2, yakni Semarang dan Surabaya, setelah DKI Jakarta, Kabupaten Demak dan Kota Bontang. Mereka bahkan menggandakan jumlah pohon yang ditanam pengguna GoGreener selama bulan Maret lalu.
Untuk urusan manajemen pengurangan sampah Gojek ingin mengurangi penyebaran plastik sekali pakai di ekosistemnya. Sejumlah inisiatif, menurut Tanah, sudah berjalan di mana mereka memfasilitasi mitra driver dan mitra usaha untuk membuat pilihan yang lebih peduli lingkungan, meski untuk yang satu itu tidak ada paksaan.
Seperti yang sebelumnya Tanah katakan, tentu tidak mudah menerjemahkan kebijakan iklim di level pemerintahan maupun top level sebuah perusahaan ke tingkat tapak, karena belum semua masyarakat mengerti persoalan lingkungan dan krisis iklim. Namun Gojek memilih tidak ragu melakukan investasi ke arah sana, agar benar-benar dapat menciptakan produk yang mampu memfasilitasi masyarakat merencanakan misinya sendiri memerangi krisis iklim.
Meski baru bergabung dengan perusahaan teknologi tersebut di 2020, namun berdasarkan pengalamannya bekerja sama dengan Gojek sejak 2016 saat dirinya masih ada di World Economic Forum, Tanah dapat melihat komitmen di setiap level struktur perusahaan tersebut untuk meningkatkan kualitas lingkungan mereka. Lalu bagaimana mereka memperhitungkan jejak karbonnya serta isu lingkungan dan sosial ke dalam perusahaan, mulai dari operasionalnya, kebijakannya, prosedur kerjanya yang semua terintegrasi.
Dengan tools yang juga ditujukan untuk mengedukasi masyarakat, harapannya mampu menularkan “virus” berkelanjutan, yang tentu saja diawali melalui ekosistem Gojek lalu “mewabah” ke perusahaan lain dan masyarakat yang lebih luas. Hingga akhirnya mereka secara sadar dan sukarela bersama-sama memerangi krisis iklim demi keberlanjutan hidup jangka panjang.
Komentar