Palembang, jurnalsumatra.com – Pemerintah Kota (Pemkot) Palembang difasilitasi Dinas Kebudayaan kota Palembang menggelar Focus group discussion (FGD) Sejarah dan Budaya Pulau Kemaro di Museum Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) II, Palembang, Jum’at (26/3/2021). Sayang dalam FGD kali ini tidak di hadiri oleh Sekda Sumsel Drs Ratu Dewa atau asisten terkait tapi malah diwakilkan kepada Staff Khusus Walikota Palembang Bidang Percepatan Pembangunan, Syafri Nungcik.
Padahal dalam undangan yang akan hadir adalah Asisten II, Asisten III, Kepala Bapeda, Kepala BPKAD (Sumber daya alam, hukum dan pembangunan), PUPR, Perakape. Hal ini membuat sejumlah peserta FGD kecewa, kekecewaan di sampaikan Sekretaris Tim Kajian Pelurusan Sejarah Pulau Kemaro 2021 (TKPSP Kemaro 21 ) Vebri Al Lintani.
“ Sebenarnya kami mengharapkan yang datang itu pejabat Pemkot yang janjinya asisten II , dan kita agak kecewa dengan itu, karena ini menyangkut kebijakan” katanya. Namun pihaknya tetap menghargai upaya Dinas Kebudayaan kota Palembang yang menginisiasi FGD tersebut.
“ Tapi dalam undangan itu kita baca pak Sekda akan datang lalu, Asisten akan datang ternyata tidak datang, kita kecewa seolah-olah di remehkan seperti itu,” katanya. Dan jika ada pertemuan ada FGD lanjutan pihaknya meminta Walikota Palembang dan pejabat terkait untuk bisa berdialog dengan mereka secara langsung. Ketua Masyarakat Sejarawan Indonesia (MSI) Provinsi Sumsel Farida R Wargadalem juga mengaku kecewa.
“ Kita khan diundang yang mengundangnya dewek di mana?kita datang itu sengaja lho, kalau ayuk terus terang padat nian gawe ayuk tapi ayuk datang, karena yang hadir itu katanya lengkap , waktu di RRI lengkap, kita datang lengkap,” katanya. Kedepan jika ada pertemuan atau FGD lanjutan dia meminta pejabat Pemkot harus hadir lengkap. “ Kalau ayuk secara pribadi , badan ayuk dateng, pikiran ayuk dateng, hati ayuk dateng, ayuk nonton video FGD tadi nangis ayuk tuh , karena ayuk cerita itu dari hati, ayuk tuh tiga tahun lho carinya di Badan Arsip cerita tentang Palembang nih sampai kehancurannya, tiap hari bergelantungan di Bis Kopaja No 63 , ini serius , mendampingi penerjemah bahasa Belanda dengan tulisan tangan , bukannya ketikan, jadi apa yang ayuk sampaikan tadi ayuk pertanggungjawabkan ,” katanya.
Kekecewaan juga disampaikan Dedek Chaniago, Juru bicara Zuriat Kimerogan. “Kita sama dengan kawan-kawan kecewa, kemudian berharap hasil dari situ ada pertemuan lanjutan yang dengan Walikota Palembang, kita paham pak wali dan sekda tidak mau menerima langsung karena tidak tahu persoalan, mungkin anak buahnya di FGD tadi harusnya menggali persoalan, kita berharap dalam waktu cepatpersoalan yang muncul di FGD tadi disampaikan ke pak Wali dan akhirnya pak Wali dan Sekda berdialog dengan kita,” katanya.
Komentar