Jakarta, jurnalsumatra.com – Sudah empat hari terakhir Endang Sukmana disibukkan dengan persiapan vaksinasi dosis pertama COVID-19 di Sekolah Taman Kanak-Kanak (TK) Al Muhazirin, Pondok Kopi, Kecamatan Duren Sawit, Jakarta Timur.
Pria paruh baya yang sekarang menjabat Sekretaris RW 09 Pondok Kopi memiliki peran krusial untuk memastikan kegiatan vaksinasi sebanyak 1.950 orang lanjut usia (lansia) di wilayahnya bisa berjalan sesuai rencana.
Kegiatan vaksinasi lewat pemanfaatan ruang belajar siswa TK adalah permintaan warga setempat. Sebab, vaksinasi yang dilaksanakan pemerintah di Puskesmas atau fasilitas kesehatan serupa, selalu antre dan jauh dari jangkauan warga.
Sekolah TK yang kini dikelola Yayasan Al Muhazirin di RW09 Pondok Kopi terpilih sebagai lokasi penyelenggaraan vaksinasi kelompok manula karena berada di tempat strategis. Diapit oleh 11 wilayah RW (RW01 hingga RW11) serta berdekatan dengan RS Islam Pondok Kopi sebagai antisipasi kegawatdaruratan.
Kriteria lain yang tidak kalah penting adalah bebas dari keberadaan undakan seperti tangga serta bangunan bertingkat yang dapat menyulitkan pergerakan peserta.
Sekolah yang berdiri di atas lahan seluas 750 meter persegi itu dinilai memenuhi kriteria persyaratan dari Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur, setelah lokasi lainnya pada salah satu gedung SMP negeri dibatalkan sebab terlalu banyak undakan.
Opsi lain melalui pemanfaatan lapangan futsal dengan cara disekat menjadi ruang pelayanan vaksinasi, juga ditolak otoritas terkait. “Karena vaksinnya tidak boleh ada di ruang terbuka. Harus pada suhu dalam ruangan dan diberi AC,” kata Endang.
Lokasi pun dipindah ke ruang kelas sekolah yang telah terpasang pendingin ruangan (AC) untuk menjaga mutu vaksin di kisaran angka 2-8 derajat Celcius. Sedangkan lapangan futsal hanya digunakan sebagai tempat tunggu dari keluarga pengantar.
Empat dari delapan ruang kelas TK Almuhazirin berukuran 5×4 meter persegi difungsikan sebagai ruang registrasi, konsultasi, observasi, penyuntikan vaksin hingga ICU mini.
Di bagian dalam ruang konsultasi dan penyuntikan terdapat lima meja yang ditempati sejumlah tenaga medis seperti dokter dan perawat untuk konsultasi peserta.
Konsultasi kesehatan terhadap peserta lansia berbeda dengan peserta umum. Yang membedakan di antaranya beberapa pertanyaan tambahan di meja dua seputar komorbiditas atau penyakit penyerta yang mungkin diderita. Sehingga alur vaksinasi pada lansia membutuhkan waktu yang lebih panjang.
Misalnya saat salah satu peserta, Siti Rosanah (64), berseteru dengan petugas di meja pendaftaran sebab statusnya sebagai penyintas Covid-19 yang belum tiga bulan sembuh menjadi alasan petugas medis menolak untuk menyuntikkan vaksin ke tubuh Siti.
Komentar