oleh

Perlu observasi sebelum berkebun pada musim hujan

Tinggal beberapa bulan lagi musim kemarau tiba. Nah, tanaman yang sesuai dengan musim kering ini, antara lain tomat, timun, terong, umbi-umbian, serta jenis kacang-kacangan, seperti buncis dan kacang panjang. Diingatkan pula bahwa umbi-umbian mudah busuk pada musim hujan.

Situasi pandemi Coronavirus Disease 2019 (COVID-19), kata Dian Armanda, memacu produksi lokal sayuran dan buah di seluruh dunia.

Sayur dan buah meski tergolong perishable (tidak tahan lama), bernilai jual tinggi ketimbang bahan pangan pokok, seperti beras dan jagung.

Selain golongan ini mudah dibudidayakan di kebun rumah-rumah penduduk, juga dibutuhkan untuk pemenuhan nutrisi manusia agar tetap sehat karena ada makro dan mikronutrien yang terkandung dalam sayuran dan buah.

“Hal ni penting untuk mendukung imunitas tubuh dalam menghadapi ancaman infeksi virus corona,” kata kandidat doktor dari Institute of Environmental Science, Leiden University, Belanda ini ketika dihubungi ANTARA, Kamis (4/3) malam.

Beragam Jenis

Sesuai dengan asal dan sifatnya, kata Dian Armanda, tanaman dapat dibagi menjadi beragam jenis, yakni ada jenis lokal dan tidak sedikit juga yang introduksi.

Lokal berarti telah ada atau asli berasal dari Indonesia atau daerah khusus di Tanah Air yang dimiliki dan dibudi daya secara turun-temurun di tempat tersebut.

Sebagian keragaman tanaman asli itu mungkin telah hilang karena jenis yang sekarang lebih banyak dibudi daya adalah hasil pemuliaan tanaman, yaitu upaya untuk memperbaiki atau memberi sifat yang lebih baik pada tanaman asli.

Pemuliaan tanaman memungkinkan tanaman menjadi tahan hama, tahan kekeringan, meningkat nutrisinya, lebih lezat, berkhasiat obat, dan lain-lain. Adapun metode pemuliaan ada banyak sekali, antara lain penyerbukan, vegetatif, mutasi, poliploidisasi, in vitro, dan transgenik.

Padi dahulu kala, misalnya, tidak mengenal wereng. Namun, seiring dengan manusia menggunakan pupuk dan pestisida kimia sintetis, lama-kelamaan padi menjadi lemah dan mudah terserang wereng, lalu manusia merekayasa padi agar menjadi tahan terhadap wereng.

Akan tetapi, menurut peneliti biologi lingkungan dari UIN Walisongo Semarang, tetap beda dengan padi asli zaman dahulu.

Dijelaskan pula bahwa jenis introduksi adalah jenis yang diperkenalkan masuk ke Tanah Air. Kopi, kakao, dan teh tergolong tanaman introduksi yang pertama atau bukan asli Indonesia.

Dian pun lantas mengingatkan jenis introduksi bakal mendominasi, apalagi banyak macam, seperti daikon/lobak, bit (sayuran yang umbinya berwarna merah keunguan, daunnya bisa dibuat sayur, umbinya biasa digunakan sebagai bahan minuman kesehatan), zucchini (timun Jepang), edamame (sejenis kacang-kacangan dari Jepang), dan horenso (bayam Jepang).

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed