oleh

Hari Obesitas Sedunia, kenali pemicu dan cara penanganannya

Jakarta, jurnalsumatra.com – Hari ini, 4 Maret merupakan peringatan Hari Obesitas Sedunia. Kasus obesitas kian meningkat, tak terkecuali di Tanah Air. Sehingga, penting bagi masyarakat untuk mengenali pemicu dan bagaimana mengatasinya.

Ketua Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI), Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.PD-KEMD mengatakan bahwa obesitas harus dipahami sebagai penyakit kronis yang kompleks, progresif, dan dapat kambuh (muncul kembali).

“Menganggap bahwa obesitas adalah akibat kesalahan individu karena terlalu banyak asupan dan kurang berolahraga adalah kekeliruan yang umum terjadi,” kata Prof. Suastika melalui keterangan yang diterima ANTARA, Kamis.

“Pada kenyataannya, obesitas adalah berat badan berlebih yang diakibatkan oleh berbagai faktor genetik, psikologis, sosiokultural, ekonomi, dan lingkungan,” imbuhnya.

Prof. Suastika melanjutkan, begitu seseorang mengalami keadaan obesitas, keadaan ini akan menjadi masalah yang panjang, bahkan seumur hidup, dan kembalinya pertambahan berat badan umum terjadi.

Menambahkan, Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Gizi Klinik Indonesia Prof. Dr. dr. Nurpudji Taslim, Sp.GK (K), MPH juga memaparkan mengenai peningkatan konsumsi makanan olahan, yang berperan besar dalam penambahan asupan tidak sehat yang masuk ke dalam tubuh.

“Makanan olahan seperti mie instan dan camilan yang digoreng biasanya memiliki harga yang terjangkau, mudah ditemukan, dan sangat dipromosikan, padahal makanan seperti itu tidak sehat karena berkalori tinggi dan bernutrisi rendah,” kata Prof. Nurpudji.

“Sayangnya, lebih dari 60 persen orang dewasa mengonsumsi mi instan dan camilan yang digoreng setiap minggu. Anak-anak pada umumnya juga mengonsumsi makanan sehat dalam jumlah yang lebih sedikit dari yang mereka butuhkan, dan mereka mengonsumsi lebih banyak makanan tidak sehat, yang seharusnya mereka hindari,” imbuhnya.

Pemicu penyakit
Prof. Suastika menekankan bahwa penyakit-penyakit kronis biasanya berhubungan dengan obesitas.

Obesitas sendiri telah dikaitkan dengan hampir 200 penyakit, beberapa di antaranya dapat mengancam jiwa, seperti diabetes, penyakit kardiovaskular, dan kanker.

Menurut data pada tahun 2016 di Indonesia, menunjukkan bahwa lebih dari 5 juta orang penyandang diabetes dan 11 juta orang dengan hipertensi juga mengalami kondisi kelebihan berat badan atau obesitas.

Prof. Nurpudji juga menambahkan bahwa obesitas adalah salah satu risiko terbesar untuk keparahan COVID-19.

“Kondisi obesitas ditambah paparan COVID-19 akan membuat seseorang berisiko 113 persen lebih tinggi untuk dirawat di rumah sakit, 74 persen lebih tinggi untuk harus menjalani perawatan ICU, dan 48 persen lebih tinggi terhadap risiko kematian,” jelas dia.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed