Sampit, jurnalsumatra.com – Satuan Tugas Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah mengoptimalkan peranan semua pihak untuk melakukan pencegahan sejak dini karhutla meskipun tahun ini diprediksi terjadi kemarau basah.
“Kita sudah sepakat pada 2021 ini lebih intens pada edukasi dan sosialisasi tentang bagaimana membuka lahan tanpa membakar serta bagaimana melakukan pencegahan sedini mungkin,” kata Komandan Kodim 1015/Sampit yang juga Komandan Satuan Tugas Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan Kotawaringin Timur Letkol Czi Akhmad Safari di Sampit, Selasa.
Komitmen itu sesuai arahan Presiden Joko Widodo melalui konferensi video kepada seluruh provinsi dan kabupaten/kota dalam rangka pencegahan karhutla.
Ia mengatakan perkiraan BMKG bahwa 2021 masih terjadi kemarau basah, tetapi faktanya seperti di Sumatera dan Kalimantan Barat sudah terjadi kebakaran lahan dan titik panas muncul mulai Januari sampai sekarang.
Titik panas juga terpantau di Kotawaringin Timur sejak Januari lalu meski jumlahnya tidak signifikan yaitu di bawah 20 titik. Meski begitu, petugas di lapangan turun memastikan bahwa tidak terjadi kebakaran.
Untuk pencegahan dini tersebut, diperlukan sarana dan pasukan yang setiap hari siap memberikan informasi kepada masyarakat. Pasukan tersebut adalah anggota BPBD, Tagana, anggota bhabinkamtibmas, bhabinsa serta masyarakat yang peduli terhadap lingkungan hidup.
Seluruh wilayah Kotawaringin Timur rawan kebakaran lahan karena hampir 80 persen tanah di kabupaten ini merupakan gambut. Saat kemarau, gambut kering sehingga mudah terbakar dan sulit dipadamkan.
Sejauh ini titik panas di Kotawaringin Timur terbanyak terpantau di Kecamatan Antang Kalang.
Namun Akhmad Safari menegaskan tidak ada kebakaran lahan karena dijaga bhabinkamtibmas dan bhabinsa karena masyarakat melapor saat membakar sehingga dijaga bersama.
“Yang kami khawatirkan adalah yang membakar itu bukan petani, tetapi pencari ikan, pemburu, pencari getah damar yang membakar api atau membuang puntung rokok. Kalau kebakaran di hutan bisa tidak terkendali karena lokasinya jauh. Makanya kita optimalkan sosialisasi kepada mereka,” kata dia.
Pelaksana Harian Bupati Kotawaringin Timur Akhmad Husain mengatakan pencegahan juga dilakukan terhadap lahan-lahan yang selama ini diasumsikan sebagai lahan adat.
“Untuk itu harus dipastikan lebih nyata mana kawasannya dan apakah diperbolehkan untuk membakar atau seperti apa,” katanya.
Seperti ditegaskan presiden, kata dia, hampir 99 persen kebakaran lahan akibat ulah manusia, bukan oleh alam. Jajaran Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur sepakat meningkatkan sosialisasi lebih dini sebelum musim kemarau atau sebelum kebakaran terjadi.
Komentar