Melihat peluang tersebut, Deny pun menanamkan uang dari usaha peternakan ayam untuk membeli 14.000 lot saham atau sekitar 1,4 juta lembar saham AISA secara bertahap. Total dana yang ia investasikan sekitar Rp335 juta.
“Sebelum investasi saya baca laporan keuangan AISA dua tahun terakhir karena saya termasuk investor jangka panjang, bukan trader, dan saya yakin dengan bisnis AISA pada waktu itu,” ujar dia.
Namun tidak lama berselang, saham tiga Pilar dibekukan Bursa pada Juli 2018 berkat rentetan masalah yang dihadapinya. Mulai dari gagal membayar bunga obligasi dan suku ijarah, perkara kepailitan, sampai terungkapnya perkara rekayasa laporan keuangan yang dilakukan Joko dan Budhi.
Adapun suspensi baru dibuka oleh bursa dua tahun setelahnya, tepatnya September 2020 lalu setelah adanya pergantian kepengurusan perseroan.
Sepanjang dua tahun disuspensi, uang dari hasil bisnis ayam Deny tertahan di saham AISA. Begitu pun dengan sekitar 1.100 anggota Forum Investor Aisa (Forsa) lainnya yang kurang lebih memiliki 9 persen, dananya terendap di saham AISA.
Deny yang juga merupakan Ketua Forsa mengaku banyak investor ritel yang mengalami kerugian akibat rentetan masalah yang merundung Tiga pilar Sejahtera.
Saat suspensi dibuka, dia memilih melego seluruh kepemilikan saham di AISA, meskipun ada pula investor ritel lain yang masih bertahan memegang saham perseroan.
“Saya memang sudah ‘cut loss’, namun ada banyak yang masih bertahan karena merasa optimistis dengan manajemen baru, karena sebenarnya masalah ini memang ‘human fraud’ dan bisnis mereka sebenarnya bagus,” ucap dia.(anjas)
Komentar