Tenun ulos adalah kebanggaan mereka yang mestinya bisa dikemas untuk dapat memberikan kemaslahatan dan kesejahteraan bagi masyarakat Dairi yang unik.
Menparekraf Sandiaga Uno memang tak tinggal diam, sampai ia kemudian mencanangkan program “one village one creative product” atau satu desa satu produk kreatif untuk menjadikan ulos sebagai produk kreatif yang dapat membuka lapangan kerja.
Produk kreatif menurut dia juga bisa menjadi daya tarik bagi wisatawan saat berkunjung ke Danau Toba khususnya Kabupaten Dairi.
Meski begitu, ia masih harus terus mendorong semua pihak untuk mencari Inovasi dan solusi sehingga persoalan pasokan bisa diatasi dan pengrajin dapat meningkatkan hasil produksi, paling tidak 50 persen sehingga pendapatan mereka meningkat. Dan tak kalah penting mendorong program “one village one creative produk”.
Menurut Bupati Dairi Eddy Keleng Ate Berutu, dalam sejarahnya kampung ulos di Dairi memang penuh keunikan, sebagai daerah yang terdiri dari lima desa yang memiliki 400 pengrajin ulos yang bekerja setiap harinya menenun kain.
Semula masyarakat menenun untuk ulos adat dimana ulos tersebut banyak dipesan oleh masyarakat di kabupaten lain seperti Simalungun, Karo, dan lainnya termasuk ulos Pakpak dan ulos Toba. Namun dari waktu ke waktu belum bisa membawa kesejahteraan yang tinggi bagi para penenun.
Untuk itu pemerintah Kabupaten Dairi mengambil inisiatif melakukan diversifikasi produk, dari yang awalnya para penenun membuat ulos hanya dikonsumsi saat upacara adat, akhirnya mereka juga membuat ulos yang dapat digunakan dalam semua kesempatan.
Langkahnya dengan cara mencari benang-benang yang lebih halus dan lebih “stylish” agar dapat diproduksi menjadi produk yang lebih “fashionable”.
Para penenun di Kampung Silahisabungan mewarnai benang menggunakan pewarna alami, yang berasal dari tanaman-tanaman endemik di sana. Cairan hasil perasan tumbuhan direbus, lalu benang dicelup ke dalamnya berulang-ulang hingga merata dan maksimal.
Maka kehidupan mereka pun tergantung pada keberlanjutan alam sekitar Danau Toba sebagaimana nenek moyang mereka tergantung pada tanaman pewarna alam.
Di luar semua itu, menanamkan nasionalisme ekonomi sepertinya lebih mendesak di tengah pandemi ketika perekonomian bangsa ini harus segera dipulihkan dalam waktu sesegera mungkin. Belanja produk lokal disadari memanglah solusi terbaik.(anjas)
Komentar