oleh

Menampilkan pertunjukan seni budaya di tengah pandemi

Bisa jadi mereka berjoget ala “monyet” karena yang merasukinya dayakini merupakan ruh monyet, atau gerakan harimau dan lainnya, selain atraksi makan kembang, makan beling (pecahan kaca), termasuk juga mengupas kulit kelapa dengan menggunakan gigi.

Atraksi-atraksi inilah yang memaksa penonton berdesak ingin menyaksikan pentas jatilan dari dekat. Sehingga di masa pandemi ini serasa mustahil, karena penikmat tidak akan bisa melihat secara langsung aksi penari saat sedang ndadi.

Doni memastikan, pentas jatilan tidak akan menarik jika tidak ada adegan penari ndadi. Sehingga cukup sulit untuk mementaskan jatilan di panggung yang dibuat dengan pengaturan tempat duduk penonton, dan kecil punya pementasan jatilan dengan adegan ndadi dipentaskan di atas panggung. Karena tidak jarang penari yang ndadi akan berlari keluar kalangan.

Pentas di panggung

Berbeda dengan kesenian jatilan, ada beberapa pentas seni budaya yang dapat ditampilkan di atas panggung dengan pengaturan tempat duduk penonton atau dipentaskan secara daring melalui kanal media sosial, seperti ketoprak, wayang kulit, wayang wong, karawitan, mocopatan, geguritan dan lainnya.

Pentas seni budaya ketoprak, wayang kulit dan mocopatan sejak adanya era radio dan televisi sudah sering dipentaskan atau disajikan melalui media elektronik tersebut, baik secara langsung maupun rekaman. Dengan demikian pentas seni budaya ini di era pandemi COVID-19 tidak mengalami banyak kendala untuk dipentaskan melalui media elektronik, media sosial maupun kanal-kanal media lainnya.

Ditambah lagi seni ketoprak maupun wayang memiliki penikmat sendiri yang terbiasa menikmati tayangan pentas seni melalui media elektronik. Boleh dikata tidak sedikit kelompok masyarakat penikmat wayang kulit yang bersedia mendengarkan pagelaran wayang melalui siaran radio.

Dengan demikian, dengan pengemasan pentas seni melalui media sosial, termasuk Youtube, justru menambah referensi baru bagi para penggemar untuk dapat menikmati pagelaran seni budaya.

Kepala Dinas Kebudayaan Kabupaten Sleman Aji Wulantara mengatakan selama pandemi COVID-19 ini tidak adanya pertunjukkan seni yang dihadiri oleh khalayak ramai secara langsung dikarenakan berpotensi melanggar protokol kesehatan dan bisa menjadi sumber penyebaran.

Oleh karena itu, membutuhkan solusi pendekatan pementasan pertunjukan seni dan budaya, salah satunya dengan menggunakan media virtual atau daring.

Dinas Kebudayaan Sleman memilih media Youtube yang bisa diakses dengan jangkauan luas dan sesuai dengan standard operational procedure (SOP) penanganan COVID-19, di samping itu sebagai alternatif karena keterbatasan anggaran.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed