oleh

Pengamat: Demokrat dan AHY bisa jadi “role mode” berpolitik anak muda

Jakarta, jurnalsumatra.com – Pengamat sosial politik Tamil Selvan atau yang akrab disapa Kang Tamil menilai gaya kepemimpinan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dalam merespons isu gerakan pengambilalihan kepemimpinan atau kudeta di internal Partai Demokrat dapat menjadi “role mode” (panutan) politik bagi kelompok milenial.

Sebagai bagian dari kaum muda, kata dia, AHY mengedepankan sikap kesantunan atau etika dalam berpolitik

“Ini yang saya katakan sebagai anak muda, dia mengedapankan politik kesantunan, etika politik. Dan ini yang harus terus dijaga oleh AHY, karena tidak ada lagi etika berpolitik yang ditunjukan oleh para aktor politik kita hari ini,”kata Kang Tamil, dalam pernyataannya, di Jakarta, Selasa.

Lebih lanjut, Kang Tamil mengatakan bahwa terpilihnya AHY sebagai ketua umum partai berlambang bintang mercy itu menunjukkan partai besutan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) telah berhasil melalui fase politik zaman dahulu.

“Dia (Demokrat,red) sudah masuk ke tahap politik milenial, dan berhasil. Sekarang kalau kita lihat di parpol lain, saya tidak yakin parpol itu bisa masuk pada fase milenial semulus Partai Demokrat,” ucapnya.

Ia mencontohkan PDI Perjuangan sebagai partai besar tidak berani memberikan tampuk kepemimpinan dari Megawati kepada Puan Maharani atau Prananda Prabowo.

“Karena ketika itu dilakukan akan terjadi perpecahan di tubuh PDI Perjuangan, begitu juga dengan partai lainnya, seperti Gerindra,” ujarnya.

Justru, kata dia, suksesi Partai Demokrat yang memberikan tampuk kekuasaan kepada kaum milenial ini harusnya menjadi contoh bagi partai lainnya.

Jangan kemudian, sambung Kang Tamil, hanya melihat dari AHY sebagai putera sulung SBY saja, sebab untuk menjadi pemimpin sebuah organisasi tetap diperlukan kepiawaian komunikasi yang baik.

Kang Emil yang juga Ketua Forum Politik Indonesia berani mengatakan bahwa Partai Demokrat sudah berhasil memberikan tongkat estafet itu kepada pemuda, dan mulus.

“Artinya, tidak serta merta terjadi, karena ada munas di sana, ini tinggal kepiawaian dalam merajut komunikasi-komunikasi untuk aktor politik itu dapat terpilih di dalam tubuh organisasi sehingga hubungan sedarah tidak menjadi instrumen tunggal dalam hal ini,” katanya.(anjas)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed