Akibatnya, pangan dari produsen seringkali ditolak karena sangat terkait dengan kualitasnya. “Ini semuakan sangat merugikan petani,” ujarnya.
Dia menambahkan tantangan ‘food loss and food waste” di dunia cukup tinggi.
Negara Arab Saudi misalnya tingkat “food loss and waste” jumlahnya mencapai 427 kg/penduduk per tahun, sementara di Indonesia jumlahnya 300 kg/penduduk per tahun. Negara-negara maju saat ini sudah berupaya lebih jauh dalam menguranginya.
Austria misalnya sudah memiliki online platform food sharing, kerjasama dengan food bank dan kementerian terkait.
“Sementara di Belanda memiliki program nasional “united against food waste” untuk mengurangi waste 50 persen pada 2030,” jelasnya.
Karena itu, upaya pengurangan “food loss and waste” harus menjadi agenda bersama.
Keluarga, lebih spesifik lagi ibu-ibu memiliki peran signifikan sebagai garda terdepan bagi pengurangan loss and waste karena ibu adalah pelaku utama yang memutuskan jenis masakan, selera, gizi, dan jumlah makanan yang harus di konsumsi oleh anggota keluarga.(anjas)
Komentar