oleh

Mengolah pekarangan untuk tanaman pangan berkelanjutan saat pandemi

Elsiana mengaku tidak perlu keluar rumah atau belanja ke pasar yang justru dapat berpontensi penularan COVID-19, karena di pekarangan rumah sudah tersedia berbagai jenis tanaman pangan.

Bahkan, bersama anggota KWT Desa Urut Sewu ini telah memiliki konsumen dari Semarang dan Ungaran yang menampung hasil panen sayuran dan buah setiap minggunya.

Selain itu, semua anggota dari hasil panen pertaniannya juga dapat ditukarkan dengan lauk pauk lainnya sesama anggota kelompoknya. Misalnya, seperti sayuran cabai atau kacang panjang ditukarkan sistem barter dengan ikan lele untuk melengkapi keanekaragam pangan.

KWT Sehati Desa Urut Sewu Boyolali berdiri sejak 2016. KWT Sehati awalnya mengikuti program Kementerian Pertanian melalui Badan Ketahanan Pangan (BKP) dengan melaksanakan Kegiatan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Kegiatan KRPL pada 2020 kemudian berubah menjadi Pekarangan Pangan Lestari (P2L).

“Penjualan hasil panen tanaman pangan dengan cara dikemas baik untuk meningkatkan kualitas, dan nilai harga jual produk semakin naik. Hasilnya dapat dibagi anggotanya setiap bulan untuk menambah pendapatan kesleuarga,” kata Elsiana.

Kelompok wanita tani tersebut mulai adanya dukungan dari pemerintah pusat melalui Dinas Ketahanan Pangan dengan bantuan dana senilai Rp50 juta untuk KWT Sehati Desa Urut Sewu pada 2020. Setelah itu, KWT Sehati mulai berkembang memasarkan hasil panen yang lebih untuk dijual ke masyarakat lain dengan orientasi bisnis.

Dengan adanya pekarangan pangan lestari, para petani di Desa Urut Sewu merasakan manfaatnya dengan pekarangan pangan berkelanjutan, dan mampu meningkatkan kesejahteraannya. Bahkan, kegiatan petani itu, juga banyak manfaatnya pada masa pandemi membantu penyediakan kebutuhan gizi keluarga, sekaligus membantu pemerintah mengendalikan penyebaran COVID-19 karena masyarakat cukup di rumah saja.

Hal yang sama juga dialami petani anggota KWT Sehati Desa Urut Sewu lainnya, Nur Wijiastuti (42). Dia menyampaikan sejak ikut program pemanfaatan P2L keuntungan banyak didapat bagi keluarganya, apalagi pada masa pendemi saat ini.

“Bahan makanan untuk sehari-hari tidak perlu pergi belanja ke pasar, karena bisa menikmati hasil panen sendiri di lahan pekarangan. Yang utama saat penanam tanaman pangan dengan memakai pupuk kandang. Hasil panen bisa lebih sehat, karena pupuknya menggunakan organik,” kata Nur Wijiastuti.

Nur Wijiastuti juga menyampaikan dalam pemanfaatan pekarangan tanaman pangan tersebut dengan menanam berbagai jenis sayuran, antara lain kangkung, bayem, selada, stroberi dan jenis lainnya. Hasil panen selain untuk dikonsumsi sendiri, juga jika lebih dapat dijual ke kelompoknya. Hasilnya cukup bermanfaat bagi keluarga dan anggota kelompoknya.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed