oleh

Intervensi kecerdasan buatan dalam menekan cedera pesepak bola

Jakarta, jurnalsumatra.com – Southampton lega setelah asosiasi sepak bola Inggris (FA) mengabulkan banding kartu merah langsung kontroversial kepada Jan Bednarek saat digunduli Manchester United 9-0 dalam pertandingan liga Selasa lalu.

FA memutuskan Bednarek bisa dimainkan lagi dalam pertandingan Southampton berikutnya setelah Komisi Regulasi menguatkan klaim sang pemain telah keliru diputuskan mendapatkan kartu merah dan untuk itu larangan bermainnya pun dicabut.

Sebelum itu, Manajer Southampton Ralph Hasenhuttl geram karena kartu merah Bednarek membuat timnya kian memanjangkan daftar pemain yang tak bisa dia mainkan.

Mengutip data laman primeinjuries.com, Southampton memang tim Liga Inggris yang paling terpangkas kekuatannya akibat banyaknya pemain yang absen, khususnya gara-gara cedera.

Sampai 5 Februari ini, mereka kehilangan 12 pemain, padahal kompetisi sudah lebih separuh jalan.

Tim Liga Inggris lain yang belakangan terpaksa mengkerut kekuataannya adalah Crystal Palace yang terpangkas oleh absennya 10 pemain karena cedera.

Juara bertahan Liverpool yang tumbang di tangan Brighton juga terpangkas banyak setelah sembilan pemainnya absen karena belitan cedera, termasuk andalan mereka Virgil van Dijk. Uniknya, Brighton juga kehilangan delapan pemain karena cedera.

Tim-tim lain yang kehilangan banyak pemain adalah Sheffield United dan Leicester City masing-masing 6 enam, sedangkan Wolverhampton Wanderers, Burnley dan Arsenal masing-masing lima pemain.

Semua tim Liga Inggris menghadapi masalah cedera, tapi tidak ada yang sebanyak tim-tim itu.

Dan itu merusak performa mereka. Contohnya Liverpool yang musim lalu begitu perkasa mesti terjengkang ke posisi empat klasemen liga akibat skuad yang mengkerut ini.

Padahal jauh sebelum musim ini dimulai dan bahkan saat Liga Inggris restart Juni tahun lalu setelah dihentikan pandemi, tim-tim Liga Inggris sudah diprediksi bakal menghadapi risiko cedera pemain.

Faktor terbesarnya adalah pemain-pemain Liga Inggris harus memainkan 2-3 pertandingan dalam satu pekan setelah pandemi memaksa otoritas liga memangkas waktu kompetisi sehingga jadwal bertanding pun dipadatkan.

Turut menekan jumlah cedera

Para manajer pun berpikir keras, tidak saja demi memenangkan setiap laga, namun juga dalam bagaimana menjaga pemain mereka tetap bugar.

Rotasi pemain yang lebih kerap menjadi jalan keluar umum yang ditempuh manajer sampai-sampai adagium lama “don’t change the winning team” pun tak berlaku lagi.

Tampil cemerlang pun bukan jaminan diturunkan lagi sebagai starter pada laga berikutnya. Dan ini membuat tim-tim Liga Inggris tidak konsisten, kecuali Manchester City.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed