oleh

Ekonomi Sumatera Barat 2020 minus 1,60 persen

Padang, jurnalsumatra.com – Badan Pusat Statistik Sumatera Barat (Sumbar) mencatat ekonomi provinsi itu pada 2020 mengalami kontraksi cukup dalam dan hanya tumbuh minus 1,60 persen pada 2020 sebagai dampak dari pandemi COVID-19.

“Pada 2019 ekonomi Sumbar mampu tumbuh 5,01 persen, di 2020 anjlok dan merupakan angka terendah selama 10 sampai 20 tahun terakhir,” ujar Koordinator Fungsi Neraca Wilayah dan Analis Statistik BPS Sumbar Herfinanur di Padang, Jumat.

Menurutnya, kontraksi paling dalam terjadi pada triwulan II 2020 yang mencapai minus 4,92 persen dan sedikit naik pada triwulan III menjadi minus 2,91 persen.

“Pada triwulan II 2020 pembatasan sosial berskala besar mulai diberlakukan sehingga proses pembelajaran mulai dilakukan secara daring, beragam pertemuan dibatalkan hingga pabrik dan usaha tutup,” ujarnya.

Kemudian saat PSBB mulai dilonggarkan pertumbuhan ekonomi mulai sedikit bergerak naik didorong sejumlah kebijakan.

Berdasarkan lapangan usaha yang tumbuh paling tinggi adalah sektor akomodasi dan makan minum dengan angka 9,89 persen pada triwulan IV 2020.

“Saat akhir tahun sejumlah pertemuan mulai digelar, restoran, dan kafe, sudah mulai buka meski belum maksimal,” katanya.

Selain itu lapangan usaha listrik dan gas serta pemerintahan tercatat cukup tinggi karena ada pembangunan sejumlah infrastruktur dibangun. Sedangkan tiga lapangan usaha yang paling terkontraksi adalah jasa perusahaan, real estat, dan jasa pendidikan.

Dilihat dari struktur lapangan usaha sektor pertanian berkontribusi paling tinggi yaitu sebesar 22,17 persen, perdagangan 15,51 persen, dan konstruksi 10,34 persen.

Satu hal yang bertahan di masa pandemi adalah jasa informasi dan komunikasi yang berkontribusi 6,2 persen.

“Pembatasan belajar dan aktivitas perkantoran membuat kebutuhan internet terus meningkat,” ujarnya.

Pada lapangan usaha perdagangan besar perdagangan mobil dan motor lesu dibandingkan tahun lalu, termasuk aktivitas perdagangan dan mall sepi pengunjung.

Untuk perdagangan daring kendati menawarkan ongkos kirim gratis sehingga masyarakat banyak berbelanja online, namun share-nya belum tinggi terhadap nilai tambah perdagangan, katanya.

Pada sisi lain angkutan udara mengalami penurunan jumlah penumpang hingga 65,09 persen dibandingkan triwulan IV 2019.

“Ini adalah sektor yang paling terdampak akibat pandemi COVID-19,” ujarnya.(anjas)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed