oleh

Menyulap tempat seram menjadi Taman Bahagia Indonesia

“Saya bangun tempat ini untuk dimanfaatkan bagi siapa saja mereka yang ingin belajar, belajar yang menyenangkan, bahagia,” kata ayah tiga anak itu saat ditemui ANTARA di Taman Bahagia Indonesia, Rabu (27/1/2021).

Tempat yang dibangunnya itu memang tidak singkat, butuh perjuangan yang cukup panjang dan sampai saat ini masih membutuhkan perbaikan dan menambah fasilitas lain untuk bisa membuat spot-spot bagus, untuk kegiatan diskusi atau taman bermain yang mengedukasi.

Asep mengisahkan, awal perjuangannya membangun Taman Bahagia Indonesia itu dari penghasilannya yang disisihkan setiap bulan, ia mulai membuat saung, jendela dunia dari kayu yang dipasang di tiap tempat, spot untuk duduk santai, taman bermain, saung di pinggir danau, buku-buku, sampai dengan peralatan melukis, hingga membangun kolam renang, dan bangunan aula di lantai dua.

Semua yang dia bangun itu memiliki makna tersendiri, tujuannya tidak lain untuk membangun cara berpikir positif yang akhirnya bisa tercipta kebahagiaan dalam diri setiap orang yang berkunjung.

Asep menjelaskan beberapa tempat yang dianggapnya telah berhasil menciptakan tempat belajar dan membahagiakan bagi pengunjung yaitu tulisan motivasi yang ditulis di papan dan ditempel di tiap sudut ruang Taman Bahagia Indonesia.

Hafalan Quran

Hal yang menarik lainnya yaitu membuat kolam renang sederhana yang hanya bisa dimanfaatkan oleh anak-anak, mereka yang ingin berenang tidak dipungut biaya atau membeli tiket melainkan hanya cukup membacakan hafalan surat-surat dalam Al Quran.

Konsep kolam renang yang dibangunnya untuk anak-anak itu ternyata mampu menarik minat banyak anak-anak di kampung itu. Semula ada anak yang tidak mau membaca Al Quran lalu akhirnya jadi mau membaca dan menghafalnya.

Salah satu konsep belajar mengaji yang dilakukan Asep cukup berhasil, cara mendidik anak agar mau belajar agama dan membaca Al Quran bisa dilakukan dengan berbagai banyak cara, tidak harus secara konvensional, tetapi bisa dilakukan dengan cara membuat kolam renang.

“Setidaknya ada 50 anak yang sering berenang di sini, mereka semua mengaji menghafal Al Quran, dan cara itu berhasil mendidik anak-anak dengan cara bahagia,” katanya.

Namun perjuangan Asep dalam menjalankan konsep membahagiakan itu tidak berjalan mulus, seperti halnya ada anak yang tidak punya hafalan Al Quran tapi memaksa ingin berenang, tapi tidak diizinkan hingga akhirnya marah.

Asep mengisahkannya seorang anak di sekitar kampungnya yang marah dan menunjukkan sikap kekesalannya itu.

Kekesalannya tidak berlangsung lama, anak itu dengan sendirinya mau menghafal dan dengan senang hati membacakan hafalan satu surat dalam Al Quran, hingga seterusnya mau mengaji dan berlomba-lomba menghafal dengan teman-teman lainnya.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed