oleh

2021 jadi tahun pandemi hoaks vaksin

Denpasar, jurnalsumatra.com – “Umumnya, orang kini terpengaruh medsos. Harus lebih sabar menghadapi, padahal mereka berpendidikan sarjana. Memang tidak mudah, banyak alasan untuk membantah,” kata mantan Menteri BUMN, H Dahlan Iskan, dalam catatannya melalui DI’s Way pada 7 Januari 2021.

Bahkan, Dahlan Iskan yang juga mantan bos Harian Jawa Pos itu mengaku sudah menjelaskan satu per satu pada setiap keraguan terhadap vaksin, bahkan dengan argumen telak. “Tapi satu persoalan selesai dan tak terbantahkan, maka keraguan kedua pun muncul, dijelaskan lagi, dan terus muncul keraguan lain, terus begitu,” katanya.

Ending keraguan itu tak jarang dibumbui alasan ayat-ayat Alquran. “Sebagai lulusan madrasah aliah, saya bisa saja menjawab. Akan tetapi, kalau perdebatan soal ayat-ayat Alquran, diam itu lebih baik daripada banyak menguras energi,” katanya.

Solusinya, keputusan harus diambil pemerintah. “Soal lingkaran medsos itu, bukan hanya problem Indonesia. Itu problem seluruh dunia, sampai Paus di Vatikan pun dipaksa harus mengeluarkan fatwa ‘halal’ untuk vaksin,” katanya.

Bahkan, di Amerika pun sampai terjadi sabotase vaksin yang justru dilakukan apoteker dengan pengalaman 23 tahun menjadi apoteker. Akhirnya, malam tahun baru 2021, apoteker Stephen Brandenburg pun ditangkap. Dia juga dipecat dari rumah sakit, tempatnya bekerja.

“Kejadian itu diketahui teknisi rumah sakit itu. Ia mengaku dengan sengaja mengeluarkan vaksin dari tempat penyimpanan pada malam Natal agar rusak. Brandenburg tidak percaya vaksin itu aman. Alasannya, bisa merusak DNA pemakainya, padahal penjelasan ilmiah sudah disebarluaskan bahwa vaksin tidak akan merusak DNA manusia,” katanya.

Begitulah di negara semaju Amerika pun ada yang antivaksin buatan Amerika, sedang yang antivaksin Tiongkok juga lebih banyak, sampai membawa-bawa kitab suci. “Yang seperti itu membuat energi habis untuk mengurusnya, padahal pandemi ini harus selesai, apalagi tidak ditemukan cara lain untuk mengatasi, kita berpacu dengan waktu dan nyawa,” katanya.

Toh, Presiden Joko Widodo pun sudah “mengejar waktu” Covid-19 itu dengan memesan 329 juta dosis vaksin Covid-19 dari Sinovac, Tiongkok (125 juta lebih), Pfizer, Jerman-AS (50 juta), Novavax, AS-Kanada (50 juta), Covax GAVI–kerja sama multilateral WHO-Aliansi Vaksin Dunia/GAVI oleh 171 negara–(54 juta), dan AstraZeneca, Inggris (50 juta), sedangkan Vaksin Merah Putih, produk RI masih akhir Maret atau awal April 2021 dan perlu waktu lagi untuk uji klinis.

Ya, kalau 2020 dapat dikatakan sebagai era Pandemi Covid-19 mencengkeram dunia, maka tahun 2021 pun dapat dikatakan sebagai era Pandemi Vaksin Covid-19. Bahkan, data Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) menunjukkan peredaran hoaks/hoax soal vaksin COVID-19 melonjak setelah Program vaksinasi Covid-19 dimulai pada 13 Januari 2021.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed