oleh

Pemberdayaan perempuan dan peningkatan gizi keluarga

Kebanyakan ibu-ibu kalau melihat anaknya bisa main bisa sekolah itu sudah senang, padahal jika gizinya tidak mencukupi, pertumbuhannya tidak akan optimal, juga prestasi akademiknya tidak bagus. Itu ciri-ciri hidden hunger.

Karena itu, persoalan ini bukan tugas pemerintah saja, namun semua pihak khususnya peran keluarga sangat penting dalam memenuhi kebutuhan gizi keluarga.

Sementara itu, Dinas Kesehatan Sulawesi Selatan mencatat gizi kurang yang menjadi pemicu stunting atau kondisi gagal tumbuh pada anak di Sulsel masih sangat tinggi. Dari catatan Dinas Kesehatan Sulsel diketahui, setidaknya masih ada sekitar 151.398 anak di Sulsel yang menderita stunting pada 2020.

Angka itu masih sangat tinggi. Kendati demikian, Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Sulsel Husni Thamrin mengatakan sudah ada penurunan dalam setahun terakhir tahun, sebelumnya angkanya mencapai 159.375 kasus.

Pemprov Sulsel menargetkan dalam tiga tahun ke depan sudah bisa zero stunting. Untuk mewujudkan hal tersebut, pemerintah memiliki program Gammara’na atau gerakan masyarakat memberantas stunting untuk menekan angka tersebut.

Pemberdayaan perempuan

Pemberdayaan perempuan khususnya kaum ibu maupun calon ibu merupakan salah satu kunci dalam mengatasi persoalan gizi dalam skala terkecil dalam keluarga.

Kepala BKKBN Sulsel Andi Ritamariani menilai pendekatan terhadap perempuan dalam komunitasnya, juga harus cermat utamanya dalam membimbing dan mensosialisasikan pentingnya gizi itu.

Selain memberikan pemahaman pentingnya gizi keluarga, juga perlu dilakukan pemberdayaan perempuan dengan memberikan keterampilan, sehingga pendapatan yang diperoleh dapat membantu meningkatkan kesejahteraan keluarga.

Apabila mampu meningkatkan kesejahteraan keluarga, tentu pemenuhan gizi keluarga juga diharapkan dapat tercapai. Hal inilah yang dilakukan Ketua Tim Penggerak PKK Sulsel Liestiati Nurdin Abdullah dalam menjangkau ibu rumah tangga melalui para kader PKK yang tersebar di 24 kabupaten/kota di Sulsel.

Hal itu sejalan Program Gammara’na yang dicanangkan sejak tahun lalu. Gammara’na ini dikerjasamakan dengan Dinas Sosial, Bappeda, BKKBN, Dinas Ketahanan Pangan, Tanaman Pangan, dan Hortikultura, TP PKK, Bappeda, dan PUPR.

Hal itu diakui salah seorang ibu rumah tangga di Kecamatan Rappocini, Kota Makassar Nursiah.

Menurut ibu dari lima orang anak ini, meski kerjanya hanya membuka warung di rumah untuk membantu perekonomian keluarga, namun diakui sudah dapat memenuhi kebutuhan konsumsi anak-anaknya. Pasalnya, pendapatan suami sebagai buruh harian selama ini tidak menentu, apalagi di tengah pandemi COVID-19.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed