Fenomena itu menempatkan Provinsi Sulawesi Selatan berada pada posisi ke-11 dari sebelumnya di posisi ke-4 untuk angka stunting tertinggi di Indonesia. Hanya saja pada 2020 secara nasional terjadi pandemi COVID-19, sehingga persoalan gizi ini kembali menjadi sangat memprihatinkan.
Sulsel sendiri tak luput dari virus berbahaya itu, dan mengakibatkan sebagian masyarakat taraf kesejahteraannya menurun, apalagi yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK).
Berkaitan dengan hal tersebut, lanjut dia, pihaknya fokus pada penguatan ketahanan keluarga di lapangan, khususnya kabupaten yang kasus kekerdilannya cukup tinggi seperti Kabupaten Enrekang, Bone dan Gowa.
Sementara untuk mendorong pemenuhan kebutuhan konsumsi dan gizi keluarga, pemerintah pada 2020 telah menyalurkan bantuan sosial sembako di 34 provinsi pada 514 kabupaten/kota.
Khusus di Sulsel, tercatat penerima dana bantuan sosial Program Sembako sebanyak 468.913 Kelompok Penerima Manfaat (KPM) pada 2020.
PR bersama
Pakar Gizi Prof Dr Ir Dodik Briawan, MCN dari Institut Pertanian Bogor pada pertemuan virtual peringatan Hari Gizi Nasional ke-61 mengatakan, hidden hunger atau kelaparan tersembunyi merupakan persoalan gizi yang harus dientaskan bersama, bukan hanya pemerintah saja.
Menurut dia, persoalan ini harus menjadi perhatian pada peringatan Hari Gizi Nasional secara virtual dengan pelaku media di Sumatera, Jawa dan Sulawesi.
Pada pertemuan virtual yang mengusung tema “Kelezatan Makanan Bergizi Seimbang dengan Iodium” itu, dia mengatakan kelaparan tersembunyi ini dapat terjadi pada lintas generasi.
“Kelaparan tersembunyi ini disebabkan kekurangan asupan gizi dari kekurangan vitamin, mineral dan Iodium,” katanya.
Kondisi itu, dapat terjadi pada anak balita, remaja dan dewasa alias lintas generasi.
Sementara kondisi Indonesia ditinjau dari Global Hidden Hunger Index, kata Dodik, Indonesia berada pada urutan ke-70 dari 107 negara.
Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia masih sangat perlu memperbaiki gizi secara global maupun nasional.
Sekarang ini, remaja harus bebas anemia, karena masih banyak yang kekurangan kebutuhan pangan zat besi. Begitu pula dengan iodium berdasarkan hasil survei, defisiensi iodium secara survei nasional itu sekitar 14,9 persen ini pada balita dan ibu hamil
“Bahkan bisa mencapai 20-30 persen pada anak dan ibu hamil bisa sampai 50 persen,” katanya.
Dari semuanya itu, Dodik mengatakan, dari jumlah populasi yang ada bisa 20-40 persen mengalami defisiensi zat mikro tadi (zat besi, Iodium).
Sejak awal 1990-an atau hampir 30 tahun silam, sebenarnya istilah kelaparan tersembunyi itu sudah dikenal, tapi nampaknya masalah global ini belum bisa terselesaikan dengan baik, karena rata-rata pemahaman dan kesadaran masyarakat masih kurang, khususnya kaum ibu.
Komentar