Jakarta, jurnalsumatra.com – Wilayah Indonesia hanya mengenal dua musim, yaitu musim kemarau dan musim hujan, namun memiliki karakteristik yang berbeda tergantung letak geografisnya.
Setiap peralihan dan memasuki musim-musim tersebut terutama saat puncaknya, kerap terjadi anomali cuaca bahkan tidak jarang terjadi cuaca ekstrem.
Dampaknya bisa berupa hujan lebat, angin kencang, banjir, tanah longsor hingga gelombang tinggi yang tidak jarang menyebabkan jatuhnya korban jiwa.
Padahal jauh-jauh hari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sudah mengeluarkan peringatan dini adanya La Nina yang dapat mempengaruhi cuaca di Indonesia.
La Nina adalah fenomena global berupa anomali suhu muka air laut di wilayah Samudra Pasifik yang mengakibatkan suhu muka air lat relatif lebih dingin dibandingkan suhu muka laut di perairan Indonesia.
Sejak Oktober 2020, BMKG sudah memantau adanya La Nina dengan level moderate bersamaan dengan musim hujan, dampaknya bisa meningkatkan curah hujan hingga 40 persen.
Bisa dibayangkan, daerah-daerah yang jika turun hujan sebentar saja dengan intensitas sedang bisa tergenang, apalagi jika ditambah dengan dampak La Nina.
Apalagi jika lingkungan sudah rusak dan daya tampung serta daya dukungnya tidak mampu lagi menahan beban air yang berlebih.
BMKG juga sudah memprediksikan bahwa puncak musim hujan terjadi pada Januari-Februari, terbukti saat ini sebagian besar wilayah Indonesia, tercatat 94 persen dari 342 Zona Musim memasuki puncak musim hujan, maka air semakin tumpah ruah.
Akibatnya sejak awal 2021, banjir dan tanah longsor terjadi di sejumlah daerah. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat sebanyak 185 bencana terjadi sepanjang 1 hingga 21 Januari 2021 yang didominasi bencana hidrometeorologi.
Menurut Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Raditya Jati, dari total bencana tersebut, sebanyak 127 merupakan kejadian banjir, 30 kejadian tanah longsor dan 21 kejadian puting beliung. Kejadian bencana lain yang tercatat yaitu gelombang pasang lima kejadian dan gempa bumi dua kejadian.
Skenario cuaca
Peringatan dini yang dikeluarkan BMKG sebagai salah satu ikhtiar untuk mengatasi dampak bencana terutama korban jiwa, telah disosialisasikan ke seluruh daerah dan pihak terkait, tinggal bagaimana menyikapinya dan langkah-langkah yang diambil untuk mengatasi dampaknya.
Dalam mengeluarkan peringatan dini, BMKG membuat empat skenario prediksi cuaca dengan memasukkan faktor dinamika atmosfer baik yang bersifat lokal, regional maupun global.
Komentar