oleh

Bahu membahu tangani banjir di Jember tanpa dukungan APBD

Penyebab banjir dan longsor

Banyak pihak yang menyebut tingginya curah hujan dan jebolnya tanggul sungai menjadi penyebab bencana banjir bandang dan banjir genangan yang terjadi di beberapa kecamatan di Kabupaten Jember.

Staf Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi BPBD Jember Kaetang mengatakan penyebab terjadinya banjir di Desa Wonoasri karena jebolnya tanggul yang berada di aliran Sungai Wonowiri Dusun Kota Blater, Desa Curahnongko, Kecamatan Tempurejo.

Curah hujan yang cukup tinggi menyebabkan debit sungai meningkat, sehingga menyebabkan jebolnya tanggul penahan daerah aliran sungai hingga air meluap hingga permukiman warga.

Namun lain halnya yang disampaikan Kasubag TU Taman Nasional Meru Betiri, Khairun Nisa menilai banjir yang terjadi di sekitar kawasan taman nasional tersebut merupakan banjir terparah selama ia bekerja di TN Meru Betiri sejak 1998.

Ia membenarkan bahwa kawasan di taman nasional tersebut sebagian sudah gundul karena ada kebun jagung dan pisang di lokasi yang seharusnya ditanami pohon pokok yang bisa menyerap air.

“Penyebab banjir di Tempurejo salah satunya pembalakan liar dan penjarahan hutan di TN Meru Betiri yang terjadi pascareformasi. Kami sudah maksimal melakukan penghijauan kembali sejak 1999, namun hasilnya masih jauh dari harapan,” katanya.

Nisa menjelaskan perlu kerja sama semua pihak untuk menghijaukan kembali hutan, termasuk masyarakat yang berada di sekitar penyangga kawasan hutan taman nasional, agar tidak terjadi bencana alam.

Bencana alam memang tidak dapat dicegah, namun paling tidak masyarakat bisa melakukan mitigasi bencana (mengurangi dampak bencana) dan sadar bencana untuk tidak merusak alam dengan melakukan penebangan ilegal, penambangan di daerah bencana, membuang sampah di sungai, dan tindakan lainnya yang dapat memicu terjadinya bencana.

Yang terjadi saat ini, justru alam banyak dirusak oleh tangan manusia, hitan ditebangi dengan mengabaikan reboisasi, fungsi lahan diubah, sehingga menyebabkan hutan gundul.

Kemudian cadangan air menurun karena kurangnya pohon yang menyerap air, sehingga kondisi tanah menjadi labil, banjir bandang, dan longsor menjadi risiko bencana yang dapat terjadi kapan saja.

Untuk itu, masyarakat tentu harus sadar pentingnya menjaga ekosistem lingkungan dan jangan abai dengan tanda alam yang semakin murka atas ulah manusia yang serakah.(anjas)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed