oleh

Bahu membahu tangani banjir di Jember tanpa dukungan APBD

Banjir terparah berada di Kecamatan Tempurejo dengan lima desa yang terendam yakni Desa Andongrejo, Curahnongko, Sidodari, Curahtakir, dan Desa Wonoasri dengan jumlah warga terdampak sebanyak 2069 KK, delapan fasilitas pendidikan dan satu fasilitas umum terendam banjir, serta satu jembatan rusak berat.

“Untuk longsor di Dusun Bandealit, Desa Andongrejo di Kecamatan Tempurejo berdampak pada akses jalan terputus karena tertutup material longsor hingga menyebabkan 500 KK terdampak banjir terisolir,” katanya.

Kemudian longsor di Kelurahan Bintoro, Kecamatan Patrang menyebabkan tiga rumah warga terancam dampak longsor susulan karena kontur tanah di wilayah setempat sangat labil.

Di tengah bencana alam yang membutuhkan bantuan logistik untuk para korban terdampak dan anggaran operasional penanganan bencana, Kabupaten Jember justru tidak memiliki Peraturan bupati atau Peraturan daerah tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) 2021.

Ironis memang, banjir yang melanda Kabupaten Jember di tengah polemik tidak adanya APBD, habisnya bantuan bencana, dan belum cairnya gaji ASN, serta uang lelah untuk Tim Reaksi Cepat (TRC) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD).

ASN dan honorer Pemkab Jember yang berjibaku membantu warga terdampak korban banjir bekerja tanpa gaji dan anggaran operasional sepeserpun, namun mereka tetap semangat bekerja secara maksimal tanpa kenal lelah.

Stok bantuan habis dan terbatasnya petugas di lapangan membuat pihak BPBD Jember meminta bantuan logistik dan personel ke BPBD Jawa Timur untuk membantu bencana yang melanda di delapan kecamatan itu.

Permintaan bantuan tersebut cepat direspon oleh BPBD Jatim, sehingga kebutuhan logistik dan perlengkapan warga terdampak bencana dapat teratasi untuk sementara waktu.

Saat stok bahan pokok melimpah, justru tim dapur umum kekurangan elpiji karena ketiadaan anggaran, sehingga berbagai kalangan bahu membahu mulai dari komunitas warga, pengusaha, pejabat, mantan pejabat, hingga tokoh masyarakat patungan untuk menyuplai kebutuhan elpiji.

Koordinator Tagana Jember Rudi Dwi Wanto mengatakan kekurangan elpiji di dapur umum Desa Wonoasri terjadi sejak Sabtu (16/1) karena setiap hari membutuhkan 10 tabung elpiji 12,5 kg untuk memasak kebutuhan makanan bagi warga terdampak bencana banjir dengan menyediakan sebanyak 7.500 hingga 9.000 bungkus untuk setiap harinya.

Ia mengaku bersyukur atas bantuan banyak pihak yang telah mendukung kebutuhan dapur umum, agar tetap beroperasi untuk mendistribusikan makanan kepada warga korban banjir.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed