Namun, ia memberi catatan penjurian bahwa bagaimana membedakan antara konten web dan konten cetak. “Konten cetak naratif dan santai, konten web harus langsung ke intinya, karena pembaca web selalu terburu-buru, berbeda dengan pembaca media cetak,” kata wartawan senior ANTARA itu.
Senada dengan itu, Dr Artini dan Prof Rajab Ritonga sebagai anggota Dewan Juri Media Siber menilai karya Jonathan Pandapotan dan Windi secara umum berhasil menyampaikan pesan sesuai karakter media siber. “Ada kebaharuan dan kekinian yang masih menjadi fenomena yang belum terselesaikan,” kata Artini.
Meski, diakuinya keterbatasan masih pada bahasa. “Media siber masih belum bisa lepas dari karakter media cetak,” katanya.
Untuk kategori Televisi diraih Rivo Pahlevi Akbarsyah dan Eko Hamzah dari Trans 7 dengan karya bertajuk “Bencana Alam di Tengah Pandemi” yang tayang pada 30 November 2020. Dewan juri yang terdiri wartawan senior di bidang televisi, yakni Nurjaman Mochtar, Imam Wahyudi, dan Immas Sunarya sepakat bahwa topik yang dipilih Rivo bersama timnya betul-betul mempunyai nilai jurnalistik yang tinggi.
Rivo dinilai seakan menyatu dengan venue dan suasana batin para korban bencana alam. Ketiga juri memuji atmosfer venue tayangan itu terasa sangat kuat. Dari segi presentasi, meski di lokasi gelap dan sulit pun mampu disajikan prima. Begitu pula angle-angle gambarnya rinci.
“Tidak ada rangkaian visual yang ‘jumping’. Pemilihan dan penempatan “sound bite” juga tepat. Saling mendukung antara script dan reportase lapangan. Salut buat editor, keren,” komentar tim juri Kategori Media Televisi.
Untuk kategori radio dimenangkan Muhammad Aulia Rahman dari RRI Banjarmasin dengan karya berjudul “Nasalis Larvatus di Antara Konflik dan Kepunahan” yang disiarkan pada 30 November 2020. Tim juri kategori ini terdiri dari para tokoh radio, yaitu Errol Jonathans, Fachry Mohamad, dan Cahyono Adi.
“Peliputan bekantan ini sarat dengan informasi auditif yang dihimpun dari berbagai sumber dan investigasi lapangan,” komentar Ketua Dewan Juri Radio, Errol Jonathans.
“Efek ‘theatre of mind’ bertambah kuat setelah tim produksi memasukkan beragam ambience, seperti suara bekantan, suara para narasumber utama, hingga deru mesin perahu klotok,” tambahnya.
Untuk kategori Karikatur Opini, tim juri yang diketuai karikaturis senior Gatot Eko Cahyono memutuskan pemenangnya Muhammad Syaifuddin Ifoed dari Harian Indopos dengan tajuk “Dari Dulu Sudah WFH” yang terbit 28 Maret 2020.
“Karya satir ini, tidak hanya bicara soal pandemi, tapi juga bicara persoalan kemiskinan yang melilit bangsa ini, yang belum juga bisa diberesin dari satu presiden ke presiden berikutnya,” kata anggota Dewan Juri Karikatur Opini, Yusuf Susilo Hartono.
Komentar