oleh

Vaksin dan masa depan Indonesia

Jakarta, jurnalsumatra.com – Penyakit menular sudah ditemukan sejak masa Firaun di Mesir, dan masa awal Islam disebut dengan amawas, sedangkan pada masa Turki Usmani dikenal dengan “black death”. Kemudian pada masa kolonial di Indonesia ada penyakit (Taeuen bahasa Aceh) kolera.

Selanjutnya pada abad ke-21 ditemukan SARS, H1N, dan pada akhir 2019 berjangkitnya virus corona atau disebut dengan COVID-19 yang mewabah akhir Desember 2019 di Wuhan, China.

Munculnya COVID-19 membuat dunia cemas, karena banyak manusia meninggal. Semua negara mengantisipasi COVID-19 dengan menjaga kesehatan sampai menciptakan vaksin. Indonesia mencoba mengantisipasi dengan vaksin Sinovac yang dipesan pemerintah dari China.

COVID-19 dengan cepat mewabah di seluruh dunia. Indonesia merupakan salah satu negara yang merasakan dampaknya baik dalam bidang pendidikan, ekonomi maupun politik. Sebagai negara besar dan berpengaruh di tingkat regional, Indonesia mencoba untuk menghindari penyakit corona ini dengan menganjurkan hidup sehat, memakai masker, menjaga jarak, tidak keluar rumah sampai membeli vaksin Sinovac dari China.

Corona menjadi perbincangan hangat di masyarakat dan terutama di media massa bahkan mengarah kepada isu politik. Sebagai bangsa besar Pemerintah Indonesia berusaha untuk mengantisipasi penyakit ini cepat hilang dari Indonesia.

Isu vaksin di Indonesia menjadi perbincangan hangat di masyarakat dan di media massa Indonesia. Hangatnya isu vaksin di antaranya dibeli dari China. Anggapan sebagian dari masyarakat vaksin Sinovac ragu atas halal dan tidak baik. Vaksin yang menjadi penting karena masyarakat Indonesia mayoritas beragama Islam. Akan tetapi Pemerintah Indonesia bekerja sama dengan China mengharapkan selain vaksin ini halal sekaligus dapat mentransfer ilmu dengan bekerja sama dengan Bio Farma Bandung.

Bahkan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil bersedia untuk uji coba vaksin tersebut. Sedangkan Presiden Joko Widodo menjadi orang pertama untuk divaksin. Artis yang pertama divaksin adalah Raffi Ahmad.

Hubungan Indonesia dengan Tiongkok
Hubungan Nusantara dengan Tiongkok sudah terjadi ratusan tahun yang lalu. Cheng Ho merupakan diplomat pertama dari Tiongkok yang membuat hubungan harmonis dengan bingkai budaya. Kemesraan hubungan antara Indonesia dan Tiongkok sempat mengalami hambatan dengan adanya revolusi kebudayaan di Tiongkok.

Namun hubungan diplomasi kembali harmonis pada zaman Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Potensi dua bangsa di Asia ini di bidang ekonomi, pendidikan-budaya, dan politik diperhitungkan dunia. Kemiripan budaya antara Indonesia-Tiongkok membentuk suatu kekuatan besar masa depan.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed