Mereka juga membantu operasi pencarian dan penyelamatan saat pesawat AirAsia QZ-8501 jatuh di wilayah Laut Jawa dekat Selat Karimata pada 28 Desember tahun 2014, saat terbang dari Surabaya menuju ke Singapura.
Sanny mengatakan bahwa penyelaman dalam operasi-operasi SAR untuk menemukan penumpang serta bagian pesawat yang jatuh tersebut berbeda-beda tantangannya.
Operasi SAR di wilayah perairan Kepulauan Seribu untuk menemukan pesawat Sriwijaya Air SJ-182 dan jasad penumpangnya terkendala jarak pandang yang sangat pendek.
Sedangkan operasi pencarian di wilayah perairan tempat jatuhnya pesawat AirAsia QZ-8501 menjadi lebih menantang karena gelombangnya tinggi.
Menurut Sanny, operasi pencarian di lokasi jatuhnya pesawat Lion Air JT-610 merupakan yang paling sulit. “Kedalamannya 30 meter dan lumpurnya tebal, visibility jelek,” katanya.
Menikmati Menyelam
Sanny mengatakan bahwa menyelam adalah olahraga yang menyehatkan karena membuat semua bagian tubuh bergerak.
Ia mengemukakan bahwa menyelam di kedalaman lebih dari 20 meter membuat seluruh tubuh ibarat dipijat karena mendapatkan tekanan.
Sanny juga menceritakan pengalamannya menyelam pada tahun 1980-an, ketika peralatan menyelam belum secanggih pada masa sekarang.
Pada era 80-an, ia menuturkan, penyelam harus memasang alat selam dan tabung oksigen setelah berada di dalam laut.
“Pasang alat di bawah, menyelam dulu 20 meter,” kata dia.
Hal yang demikian tentu berisiko membahayakan keselamatan.
Pada masa perlengkapan selam sudah lebih canggih seperti masa sekarang pun, penyelam harus berhati-hati saat melakukan penyelaman.
Relawan penyelam dari Komunitas Pecinta Laut Jahja Maramis mengatakan bahwa menyelam termasuk olahraga dengan risiko tinggi.
“Olahraga selam itu lebih berbahaya dari terjun payung. Kalau menyelam tidak boleh sendiri, minimal berdua,” kata Jahja, yang turut membantu operasi pencarian penumpang dan pesawat Sriwijaya Air SJ-182 di Kepulauan Seribu.
Menurut dia, hal itu diperlukan agar bila seorang penyelam perlengkapannya rusak atau bermasalah saat menyelam ada yang membantu.
Tantangan-tantangan dalam olahraga selam tersebut tidak menyurutkan semangat Sanny untuk menyelam dan menggunakan keahliannya untuk membantu misi-misi kemanusiaan.
Sanny mengatakan bahwa dia tidak akan berhenti menyelam. “Orang hobi kok, mana ada hobi pensiun,” katanya.(anjas)
Komentar