oleh

Kajian Reboan Pascasarjana Konsisten Dalam Kajian Naskah Melayu

Masih menurut Duski Ibrahim Adapun yang menjadi nara sumber sekaligus peserta dalam kajian tersebut diantaranya Kiyai Mal’an Abdullah, Muhammad Adil, Duski Ibrahim, SMB IV Fauwaz Diradja, Kms A.R. Panji, Masyhur, Nyimas Umi Kalsum, Abdul Azim Amin, Ahmad Syukri, Muhammad Daud, Habiburahman, Saudi Burlian, Kemas Andi Syarifuddin, Muhammad Noufal, Vebri Al-Lintanii, dan sejumlah nama lainnya.

“Kita juga mengkaji manuskrip lama Palembang, dibandingkan dengan sumber yang selama ini telah beredar. Dicarikan titik temunya untuk analisis berikutnya,” katanya, Minggu (15/4). Manuskrip yang sudah di kaji diantaranya silsilah raja-raja Palembang yang disalin oleh Nanang Mashri dan tarikhnya yang ditulis Raden haji Abdul Habib, naskah yang di tulis oleh Abdussomad AL-Palembani, dan hari ini melanjutkan Membahas Kitab Hadiyatun Nisa’ Karya Imam Muhammad Azhari Bin Ma’ruf.

Menurut Sejarawan Palembang, Kemas Ari Panji, M.Si. Awalnya kajian atau Majelis Reboan ini dilakukan bukan hari rabu, setelah dimantapkan setiap hari rabu maka kajian tersebut dimantapkan menjadi menjadi Majelis Reboan. Ia berharap lembaga kajian ini bisa menjadi besar dan bisa menjadikan UIN Raden Fatah sebagai pusat kajian melayu, apalagi lembaga kajian ini sudah di notariskan atas pendiriannya.

“Awalnya para akademisi UIN Raden Fatah bersama sejumlah tokoh lainnya, membentuk lembaga kajian ini dan terbatas kalangan UIN Raden Fatah, sekarang sudah meluas yang menjadi nara sumber bisa diluar kalangan UIN Raden Fatah sendiri dan diluar disiplin ilmu yang ada di UIN Raden Fatah juga juga untuk memberikan masukan bagi UIN Raden Fatah sendiri terutama lembaga kajian ini,” Harapnya.

Terpisah Dekan Fakultas Adab dan Humaniora (FAHUM) UIN Raden Fatah Palembang, Dr. Endang Rochmiatun, Palembang-Sumatra Selatan, dahulu sebagai pusat kajian sastra Melayu Nusantara (abad ke-17 hingga abad Ke-19). dan saat ini masih Bukti-bukti peninggalan yang berada ditangan masyarakat, tapi banyak yang belum digali secara serius dari sisi manuskrip.  “Sebagai negeri yang pernah menjadi pusat kajian sastra dan keagamaan UIN Rafah Palembang harus melakukan perannya sebagai sebuah perguruan tinggi negeri yang konsen terhadapa Distingsi peradaban melayu.

Dulu ulama-ulama di Sumatera Selatan sudah aktif menulis tentang sastra dan keagamaan / ajaran Islam dan menjadi rujukan dinusantara, bahkan ada juga manuskrip-manuskrip yang membahas mengenai medis, sosial, dan disiplin ilmu lainnya. “Inilah yang perlu digali lagi,” jelasnya. Endang pun berharap hasil-hasil penelitian Pusat Kajian Manuskrip Keagamaan Nusantara nantinya bisa menjadi rujukan para peneliti dari berbagai disiplin ilmu.(udy)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed