oleh

Jangan lupa anak-anak juga butuh vaksin

Faktanya harus diakui bahwa pandemi telah mengakibatkan dampak yang signifikan terhadap ekonomi keluarga.

Namun, hal itu tak lantas menjadi alasan pembenaran untuk misalnya membiarkan anak-anak kekurangan asupan nutrisi. Dari yang sering dia temui saat berhadapan dengan masyarakat yang memiliki balita adalah kebutuhan untuk balita itu menjadi salah satu pengeluaran rumah tangga yang besar. Karena itu, di saat situasi seperti ini, tanpa disadari anak-anaklah yang paling terdampak.

Berdasarkan pengamatan Yuli dari kunjungannya di beberapa kawasan padat penduduk di Jakarta seperti Manggarai, Cipinang, Senen hingga Tangerang, susu dan diapers anak adalah kebutuhan anak yang banyak dipangkas keluarga saat pandemi melanda.

Untuk diapers, nggak masalah, kata dia, masih ada alternatif popok kain yang juga lebih ramah lingkungan. Tapi untuk nutrisi dan asupan gizi, ini harus hati-hati.

Pegiat kesehatan anak ini menjelaskan, di dalam susu terdapat zat gizi dan mikronutrient yang penting bagi pertumbuhan anak. Namun, sayangnya, pengetahuan masyarakat mengenai hal ini masih kurang.

Kurangnya edukasi inilah yang menimbulkan persoalan baru di tengah masyarakat. Orang tua kemudian mencari alternatif nutrisi yang murah, yang penting anak tetap minum susu.

Maka jadilah anak mengonsumsi susu kental manis. Belum lagi di awal-awal bantuan sembako kerap terselip susu jenis ini, yang bukannya membentengi anak, tapi justru memancing masalah baru bagi kesehatan anak.

Langkah awal yang harus dilakukan orang tua adalah memastikan anak mendapat ASI minimal selama 6 bulan pertama.

Setelah 6 bulan, anak sudah mengenal makanan pendamping ASI (MPASI). Artinya, kebutuhan gizi anak dapat dipenuhi dari bahan pangan kaya protein.

Anak dibiasakan mengkonsumsi makanan tinggi kandungan gizi sejak dini, dengan demikian tidak ada ada alasan lagi orang tua memberikan kental manis untuk anak sebagai pengganti susu.

Risiko wasting

Sebelumnya, UNICEF memprediksikan jumlah anak yang mengalami wasting atau kekurangan gizi akut di bawah 5 tahun dapat meningkat secara global sekitar 15 persen karena COVID-19.

Sebagaimana disebutkan perwakilan UNICEF Debora Comini bahwa angka itu menunjukkan peningkatan risiko wasting. Pada saat yang sama, ada banyak bukti yang menunjukkan bahwa anak-anak yang mengalami wasting akan lebih cenderung mengalami stunting.

Anak-anak dengan stunting dan wasting akan rentan terhadap gangguan perkembangan jangka panjang.

“COVID-19 memukul keluarga yang paling rentan. Jika kita tidak segera meningkatkan layanan pencegahan dan perawatan untuk anak-anak yang mengalami masalah gizi, kita berisiko melihat peningkatan penyakit dan kematian anak,” kata Debora Comini.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed